Pengalaman tetangga, bertemu genderuwo penunggu batu besar diDesa balapulang, Tegal

genderuwo penunggu batu

Yudibatang.com – Halo brother biker 😀 … artikel horor kali ini saya dapatkan dari pengalaman tetangga kampung saya diDesa Balapulang sewaktu saya pulang kampung sebulan yang lalu. Beliau bernama PakWartono, namun orang-orang lebih suka memanggil Wa’ono. Beliau sekarang berusia sekitar 50 tahun. Pengalaman wa’ono bertemu genderuwo penunggu batu terjadi ketika wa’ono masih kecil, berumur sekitar 7 tahun.

Orang tua wa’ono memiliki sawah yang luas, namun pengerjaan sawah diserahkan kepada orang lain yang bernama Man Da’an. Pakaian sehari-hari yang digunakan oleh Man da’an adalah baju khas petani berwarna hitam dan celana komprang sebetis berwarna hitam juga serta topi caping. Kadang-kadang man Da’an suka mengajak wa’ono pergi kesawah.

Tahun 60an listrik belum masuk Desa balapulang, jadi kalau malam hari tiba suasana desa yang sepi masih banyak pohon-pohon besar dan pohon bambu menjadi begitu gelap nan seram. Penerangan rumah -rumah penduduk hanya mengandalkan lampu minyak. Namun walaupun gelap, yang namanya anak-anak tetap bermain-main dengan gembira.

Suatu hari pas hari kamis, wa’ono bermaksud mau mengajak bermain teman akrabnya yang bernama mulyono. Rumah keduanya terletak digang yang sama, nama gangnya Gang mangga 1. Jarak rumah wa’ono dan mulyono sekitar 20 meter. Namun rumah mulyono terletak didekat sungai dan Jembatan. disamping jembatan ada batu besar dan pohon kelapa yang sangat tinggi serta disekitarnya banyak pohon bambu yang lebat.

Adzan Isya berkumandang, rupanya wa’ono sudah nggak betah didalam rumah dan segera keluar untuk bermain bersama Mulyono. Wa’ono berjalan sendiri melintasi gang nan gelap, sampai didepan rumah mulyono, suasana sepi sekali. Pintu rumah mulyono tertutup rapat, wa’ono berusaha memanggil-manggil mul agar tau kalau wa’ono sudah didepan rumah. Lama ditunggu Mulyono belum keluar rumah juga. Wa’ono belum menyadari kalau hari itu adalah hari kamis malam alias malam jum’at pas kliwon.

( Baca : Bau khas mahluk halus)

Melihat genderuwo penunggu batu besar

Wa’ono mencium bau yang aneh. Seperti bau singkong bakar…Wa’ono menengok kebelakang. Terlihat seperti ada orang lagi nongkrong diatas batu besar dikeremangan malam. Wa’ono penasaran dan mendekati orang yang lagi nongkrong diatas batu tersebut. Dalam benak wa’ono berkata “kok malam-malam man Da’an ada diatas batu??”. Semakin dekat jarak wa’ono dengan orang hitam tersebut, semakin tajam tercium bau singkong bakar. wa’ono masih belum menyadarinya kalau orang hitam tersebut adalah genderuwo penunggu batu besar.

Sekitar jarak dua meteran, wa ono menyapa orang hitam tersebut..“Man Da’an?? Lagi ngapain malam-malam nongkrong diatas batu??”. Namun orang hitam tersebut diam tak menjawab. Wa’ono mengulangi menyapa lagi.. “Man?? Man Da’an??..”. Wa ono terus mangamati orang hitam tersebut berusaha ingin tahu siapa orang itu. Karena suasan gelap gulita, Wa’ono tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang hitam tersebut.

*poto ilustrasi

Sedikit demi sedikit tubuh orang hitam itu berubah membesar dan tinggi. wa’ono masih terpaku seperti dipaksa menyaksikan pemandangan aneh didepannya. Semakin lama.. orang hitam tersebut berubah menjadi tinggi sekali setinggi pohon kelapa!. Merinding sekujur tubuh dan Wa’ono segera menjerit dan berlari menuju pintu rumah mulyono. ”dor..dor..dor.. buka!!..buka!.. “ wa’ono menggedor-gedor pintu rumah mulyono sambil menyembunyikan wajahnya. Pintu segera dibuka oleh ayah mulyono. “ada apa wa’ono?!” tanya ayah mulyono.

Wa’ono terlihat pucat dan menjawab dengan gagap sambil menunjuk kearah batu besar. “A’..a’..a’..ada’.. “ belum selesai wa’ono berucap, ayah mulyono segera menarik tangan wa’ono kedalam rumah. Buru-buru ibu mulyono mangambil air gentong dengan menggunakan siwur (gayung dari tempurung kelapa). lalu menyuruh Wa’ono meminum air gayung tersebut. Setelah tenang, baru wa’ono bisa menceritakan kejadian seram yang dialaminya. Akhirnya wa’ono tidak jadi bermain dan diantar pulang oleh ayah mulyono. Demikianlah.. cerita pengalaman serem bertemu genderuwo penunggu baru besar dari wa’ono.

Baca :tips agar bisa melihat lelmbut

About yudibatang 2695 Articles
Pemotor sederhana yang suka berbagi pengalaman seputar sepeda motor dan cerita horor. Contact email yudi.indonesia@yahoo.co.id

30 Komentar

  1. lumyan serem kang… tapi kok gak podo karo bocoran alus yang di bocorkan dulu yaa>> apa ane lpa yaa…

    thx kang dah mau dongengin ane pass mw bubuk. hahaha siap2 pasang slimut owkokwokowkkw

  2. Saat Setan Sekecil Lalat
    Oleh: Rahmat Saptono
    Tak satupun manusia lepas dari gangguan setan. Sesuai dengan namanya, shatana atau sesuatu yang jauh, setan senantiasa menggoda manusia dari tempat yang jauh (tak terlihat) dan mengajak manusia menjauh dari kebaikan. Sudah menjadi komitmen setan untuk terus menerus menggoda dan menganggu anak cucu Adam AS hingga akhir jaman. Kadang-kadang kita dibuat geram oleh ulahnya sehingga ingin mengekspresikannya dengan ucapan atau perbuatan.
    Suatu ketika seorang sahabat mengekspresikan kejengkelannya dengan memaki setan saat hewan tunggangan Rasulullah SAW tersandung. “Terkutuk setan”.
    Rasulullah SAW yang kebetulan mendengarnya menasihati, “Jangan berkata “Terkutuk setan”, karena jika kamu berkata seperti itu, setan menjadi arogan dan berkata: Dengan kekuatanku akan kubuat ia jatuh. Ketika kau berkata, “Bismillah”, setan akan menjadi sekecil lalat”. (HR Ahmad).
    Demikianlah cara yang diajarkan Rasulullah SAW menghadapi mahluk yang sombong. Tidak dengan cacian dan makian, tetapi dengan menyebut nama Allah.
    Di dalam ibadah haji pun kita diberi kesempatan untuk mengekspresikan kemarahan dan permusuhan kita terhadap iblis dalam ritual melempar jumrah.
    Dengan kerikil sebesar biji jagung yang telah disiapkan sebelumnya, kita melemparinya sambil tetap mengingat dan menyebut nama Allah Zat Yang Maha Besar “Bismillahi Allahu Akbar”.
    Mencaci maki bukanlah cara yang diajarkan Islam untuk mengekspresikan kemarahan, membalas atau melawan kesombongan.
    Logika sederhana mengatakan, kalau kita balas dan lawan kesombongan dengan caci maki, lalu apa beda kita dengan mereka?.
    Alasannya adalah hanya karena ajaran Islam terlalu mulia untuk itu. Mencaci maki pun kadang bagaikan menepuk air didulang terpercik muka sendiri. Rasulullah SAW punya logika sederhana untuk itu.
    Telah bersabda Rasulullah SAW, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci-maki kedua orang tuanya,” bertanya, “Bagaimana seseorang bisa mencaci-maki kedua orang tuanya?”, Maka beliau SAW menjawab: “Dia mencaci-maki
    ayah orang lain, lalu orang lain itu mencaci maki kembali orang tuanya” (HR Bukhari)
    Mencaci maki, apalagi membakar patung tokoh, bendera, atau simbol-simbol yang dihormati suatu kaum untuk mengekspresikan kemarahan bukanlah akhlak yang diajarkan Rasulullah SAW. Karena, mengambil pelajaran dari hadits tadi, hal itu tidak berbeda dengan melakukannya terhadap apa yang kita hormati sendiri.
    Alangkah indahnya jika hujatan atau caci maki digantikan dengan cara yang bermartabat seperti telah diajarkan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. “Allah Maha Besar Sungguh Maha Besar, Segala Puji hanya bagi Allah Pujian yang amat banyak, Tiada Tuhan Selain Allah Yang Maha Esa, Tiada Sekutu bagi-Nya.”

  3. Serem pak de. .
    Ko bisa berubah jd gde bgt pak de?

    20. Aji dicky hahaha nick sampean sama aja kaya nick ane di fb. .
    Ko bisa mirip ya?
    Hehe

  4. saat tahun 90 an, baru nongkrong di buk sambil ngrokok didatangi seperti tetangga yang aku kenal, dianya minta rokok, aku kasih juga. Tapi lama kelamaan jadi curiga orang ngrokok kok gak keluar asap dari mulut?????. Ya udah aku tinggal pergi aja sambil pamit mau ke rumah teman (dalam hati dah menduga ini pasti gak beres), setelah agak jauh aku toleh… lha bener to………ilang……..

  5. klo d Medan namanya Begu Ganjang bg Yud, itu emang benar adanya,saran aj klo begunya makin besar & tinggi jgn dilihat sampe ke atas

5 Trackbacks / Pingbacks

  1. Pengalaman teman, diganggu dedemit penunggu rumah kosong dijalan raya lampung | yudibatang personal blog
  2. Pengalaman supir mobil rental, diteror kuntilanak penunggu jembatan | yudibatang personal blog
  3. Pengalaman teman, dicegat genderuwo penunggu pohon melinjo dan kuntilanak penunggu pohon bambu didesa gondang, Sragen jawa tengah bagian 2 | yudibatang personal blog
  4. kalung tambang jemuran sebagai jimat penolak “buncul” | yudibatang personal blog
  5. Pengalaman penjual bakso, dicegat hantu harimu diHutan jati, Balapulang Tegal bagian 2 | yudibatang personal blog

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.