
YUDIBATANG.COM – Halo brother biker 😀 … Sudah lama nggak nulis artikel tentang polisi dipantura. Sebenarnya sebelum saya nulis artikel ini, saya sudah sering sekali melihat polisi yang memberhentikan mobil truk atau pick up yang melintas dipantura Cirebon – Batang. Namun waktu itu saya melihatnya sambil naik motor, jadi saya enggan berhenti hanya sekedar melihat dan memoto polisi-polisi tersebut. Nah.. kali ini saya baru mengalami dan merasakannya sendiri. waktu”ngawal” mobil pick up bawa kursi rotan di palak polisi diTegal Jawa tengah.
( Baca :Derita supir truk di tilang DLLAJ )
Yups.. sekarang yudibatang buka usaha toko mebel rotan dinBatang. Setiap dua minggu sekali saya “belanja” dagangan kedaerah Cirebon-Jawa barat. Biasanya saya berangkat hari sabtu pagi dan kembali pulang keBatang jam 9 malam dari Cirebon. Biasanya saya kalau pas ngawal dagangan menggunakan truk, aman-aman saja jarang dihentikan oleh polisi. Nah… waktu itu saya dapatnya mobil pick up Daihatsu grand max. Mau nggak mau barang bawaan saya jadi agak sedikit tinggi (tapi nggak tinggi-tinggi amat sih) dan ditutup dengan kain terpal.
Dua kali di di palak polisi diTegal
Berangkat dari Cirebon jam10 malam, oh..iya supirnya namanya pak Goni orang Cirebon. Perjalanan dari Cirebon hingga ke Brebes Jawa tengah lancar-lancar saja. Namun memasuki kota Tegal tepatnya sekitar seratus meter sebelum terminal Tegal, tiba-tiba pakGoni menghentikan mobilnya. Saya bertanya “ada apa pak?kok berhenti?”. pak Goni menjawab “ada polisi mas” sambil membuka dompet yang berisi surat-surat kendaraan dan diselipi uang dua puluh ribu.
*poto ilustrasi
Saya mencoba menengok kebelakang, ternyata polisi pake motor dinas tapi ketika wajahnya ngelongok dari sisi kanan supir dan melihat saya, langsung wajahnya disembunyikan. Entahlah saya nggak tahu. kemudian pak Goni turun dan menyerahkan surat-surat kendaraan plus uang dua puluh ribu. Kemudian kamipun melanjutkan perjalanan. saya penasaran dan bertanya lagi kepakGoni “pak Goni, tadi kayaknya pakPolisinya nggak meminta kita berhenti, kok pakGoni berhenti?”. PakGoni menjawab “ada kodenya mas kalau Polisi mau minta uang , tadi polisinya menyalakan lampu dim dimotornya”. saya menjawab “Ooo… bararti kalau polisi mau minta uang itu kodenya pake lampu dim ya?”. “Iya mas” jawab pakGoni.
Baru jalan sekitar lima kilometer, Mobil yang kami tumpangi kembali disetop polisi. Kali ini lokasinya di pos polisi Traffic light Mall Pacific, Tegal. Pak Gonipun turun sambil menyiapkan surat-surat kendaraan dan uang 20 ribu. Ternyata pak Goni kembali lagi dan meminjam uang saya sepuluh ribu lagi. Busyet dah!!! total pak Goni harus mengeluarkan uang 50 ribu untuk oknum polisi lalu lintas. Sesampainya diBatang, walaupun pakGoni tidak meminta uang ganti “mel” kepada saya, tapi saya tetap inisiatip mengganti uang yang dikeluarkan pak Goni untuk oknum Polisi. Hmmm… baru kali ini nih.. mengalami sendiri. Ini yang membuat “transportasion cost” meningkat… sial!!.
makane wetenge kyk ngunu kakehan duit haram ahlul jahanam 🙁
mungkin dia sedang lapar, ato rokonya abis 😀
dzolim. kalo ketangkep oknumnya jangan dimutasi apalagi dipecat, dipenjarakan saja pak kapolri.
Tidak bisa. La wong itu nanti juga buat setoran ke atas, terus ke atasnya lagi sampai ke pucuk pimpinan kok.
Tapi biasanya polisi juga nggak berani kalau kita tidak ada kesalahan sama sekali.
Kalau yakin 100% tidak salah dan ada waktu luang, coba sekali-kali dilawan.
Wajah aparat kita memang itu apa adanya.
kalo pos pacific mall sih gak heran om yud, disitu emang harus waspada 😀